Di Indonesia ini, jujur hanyalah kata dalam kamus. Kata yang diucapkan oleh para penghujat untuk koruptor, untuk penipu dan untuk penjahat, dengan mencaci maki mereka dan memberi label sebagai orang yang tidak jujur. Tapi, ketika ketidak jujuran ini dilakukan dengan massal, siapa yang akan menghujat?. Ketika kejujuran dikhianati secara berjamaah, maka ketidakjujuran itu menjadi kebenaran. Absurd. Ya, memang absurd. Tapi, inilah Indonesia, kawan!!.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk Ny. Siami dan keluarganya, yang diusir warga hanya karena mereka memperjuangkan kejujuran (kisah lebih lanjut baca disini). Itulah cermin lain dari masyarakat Indonesia, yang katanya "jujur", yang katanya terkenal dengan gotong royongnya, yang katanya "ber-tepa selira", yang katanya ramah, yang katanyaaaa....ahh persetan dengan katanya.
Jika Masyarakat yang mengusir keluarga Ny. Siami ini merasa benar, dan jika mencontek dianggap suatu yang wajar, lantas buat apa kita adakan ujian? lantas buat apa kita harus mengeluarkan banyak uang hanya untuk membayar pengawas ujian? luluskan saja para siswa itu, toh yang akan menjadi ujian sebenarnya adalah dunia kerja. Apakah mereka siap untuk bersaing dalam dunia kerja dengan mental seperti itu?
Saya kira cerita Ny. Siami dan keluarga hanya merupakan satu saja potret dari bangsa ini, yang kebetulan saja mencuat ke media. Masih banyak lagi "ketidak jujuran" yang "biasa" dibenarkan di sekitar kita. Pertanyaan saya, apakah kita berani seperti Ny. Siami? Apakah kita berani mendobrak budaya bobrok yang ada di masyarakat?
Ah, maaf saya tidak jago menulis, terlalu banyak pertanyaan di benak saya. Pertanyaan untuk saya pribadi, pertanyaan untuk keluarga saya, pertanyaan untuk masyarakat di sekitar saya dan pertanyaan untuk Negeri ini. Jujur? Apa itu?
No comments:
Post a Comment