Thursday, October 27, 2011

26

Secara numerologi, 26 adalah angka yang melambangkan KESEDIHAN.
Dalam Al-Qur’an, 26 adalah surat Asy-Syu’ara, isinya mengenai BENCANA.
Dalam Injil Matius, 26 adalah pasal yang menceritakan PENGKHIANATAN oleh Yudas.
Dalam Weda/Veda, 26 menjelaskan Svarupa Asmita yaitu keakuan itu sendiri (EGO).
Mereka bilang, 26 adalah KESEDIHAN.
Mereka bilang, 26 adalah BENCANA.
Mereka bilang, 26 adalah PENGKHIANATAN.
Mereka bilang, 26 adalah EGO.
Bagiku, 26 adalah hari ini. Tanpa kamu.
Bagiku, 26 adalah sendiri.
Bagiku, 26 adalah sepi.
Bagiku, 26 adalah keheningan sesaat kala bangun tidur, sebelum akhirnya menyadari bahwa kamu tak akan pernah lagi ada disampingku.
Bagiku, 26 adalah menyadari bahwa tidak ada lagi tawa meledak dan tangis bersimbah yang bisa kubagi denganmu.
Bagiku, melewati angka sebelum 26 tanpa kue, tanpa lilin dan tanpa perayaan,  itu biasa.
Tapi, melewati 26 tanpa kamu itu berat. Sangat berat.
Bagiku, 26 adalah berkarya apa yang aku bisa tanpa beriringan denganmu.
Bagiku, 26 adalah kamu dan aku saling bercemin, tanpa perlu menyalahkan satu sama lain.
Bagiku, 26 adalah kamu dan aku, menjalani napas demi napas, tanpa pernah tahu apa yang dijanjikan 27 dan angka setelahnya nanti.
Dan yang akan kamu dan aku rasakan hanya tinggal kerinduan.  
Setidaknya ada dua jenis kerinduan.
Kerinduan pertama, karena kita pernah merasakan sesuatu dan kita menginginkannya kembali.
Kerinduan kedua, karena kita pernah mengalaminya dan berharap dapat menghilangkannya dengan mengkhianati rindu itu sendiri.
Aku? Masih disini. Setia menunggu dalam penantian yang lugu.
Dan akhirnya, saat kita saling menyadari, bahkan 26 sudah tidak ada lagi.