Hari ini ku makan, Besok makan, Lusa makan,
Bulan depan makan juga, Tahun depan juga makan,
Selama nafas ini masih berhembus
Pastinya hasrat ini terus bergejolak sebagai bahan bakar kehidupan
Pertama kudapati hal itu dari sosok malaikat
Yang berani menukar nyawanya demi menghadirkanku di kehidupannya,
Makananku asal mula dari air susu ibu, bubur, roti, cane, kacang-kacangan, buah-buahan, sampai daging-dagingan,
Ku dapati itu dari bapakku beli di pasar
Sambil guyon disuapi ibu
Kakak dan aku bermain bola kecil di halaman
Kutemukan keluarga itu dari kebanyakan di belahan dunia
Tak jarang kuhinggapi sosok sebatang kara yang tetap bertahan hidup
Hanya bermodalkan keberanian dan keyakinan
Juga tak sedikit kutemui sedarah saling adu domba
Sedangkan orang lain yang jauh dari perhitungan melakukan ketulusan
Tidak ada bangunan yang kokoh di dunia ini selain bangunan keluarga
Sedarah ataupun tidak keluarga akan terbentuk semenjak tumbuhnya rasa peduli, cinta, sayang, dan kesempatan
Rasa itu tumbuh kuat sehingga tidak bisa terurai oleh ruang dan waktu
Hidup adalah pilihan
Dengan siapa berteman ataupun lawan itupun pilihan
Konflik terjadi menjadi bumbu penyedap dalam tatanan kehidupan
Jangan menunggu orang memaafkan diri kita atau Kita memaafkan orang lain,
Akan tetapi yang terpenting adalah mencoba memaafkan diri sendiri
Kuyakin dengan keluarga mana kubersama
Dalam Keadaan apa ku sekarang
Ataukah dengan siapa kubersanding
Tuhan berdiam diri besamaku sebagai diriku
Tuhan menciptakan kehidupan dengan sempurna
Jika kehilangan keseimbangan maka akan kehilangan kekuatan
Maka kujalani hidup dengan penuh keyakinan
Kuhadapi dengan bahagia
Maka dari itu Demi bertahan hidup
Ku kan bangun Cinta yang bertumbuh melalui
“Smile with Face”
“Smile with Mind”
“Smile with Heart”
Lakukanlah itu Untuk semua orang
Karena Dimata Tuhan Qt semua sama
Tuhanlah yang berhak membeda-bedakan atas kuasaNya
No comments:
Post a Comment