Maafkan aku, Jika aku datang padamu hanya sebatas bait2 kata dalam surat yang gelisah dan membosankan yang membuatmu harus mengenang lagi masa lalu cinta kita yang indah, dan kepergianku yang meninggalkan lubang nyeri dihatimu, maafkan aku, sebab sebatas itulah keberanianku.
Tak perlu kau mengubah apapun tentang perasaanmu. Biarkanlah semua berjalan tanpa rekayasa, karena aku tidak merekayasa apapun. Di depan, kita akan dialirkan oleh serangkaian peristiwa kebetulan.
Maafkan aku yang telah menyalakan kembali cahaya lampau, hingga laron2 menyebalkan datang mengusik ketenanganmu. Aku hanya ingin bercerita, seperti biasa, melunasi hutang2ku pada waktu untuk mengubah senja menjadi lebih lapang.
Jika aku datang padamu sebagai angin, menceritakan perjalanan panjang mengarungi musim, aku hanyalah angin yang datang dan akan kembali pergi. Seperti gerimis yang sebentar, menyapamu dari jendela kaca. Bercerita tentang labirin kenangan, lalu aku akan kembali menghapus jejak pulang, menyamarkan alamat2 dalam surat.
Jika suatu saat aku datang lagi, aku berjanji akan menjadi orang lain, yang bersembunyi mengakrabi alis matamu, dari jauh menikmati kedua alis matamu menjelma menjadi dua hulu sungai di hatiku.
Aku masih mengenang senyummu, melalui gambar gadis manis yang tersenyum dalam gambar di laptopku, itu cukup, sebab sebatas itulah keberanianku.
Aku menyesal dan minta maaf. Sebab kepergian, lambaian tangan atau salam perpisahan memang selalu tak punya perasaan, apalagi bagiku yang melakukannya tanpa pesan.
Asek, kata2nya bener2 buat gue terhenyuk bang.. :)
ReplyDelete