Aku ingin tulisan ini tiba di meja kerjamu sebelum matahari membuka mata. Aku tidak ingin mengacaukan waktu kerjamu. Aku tahu, kamu selalu bangun lebih pagi dari matahari dan jam wekermu. Aku ingin kamu membaca tulisan ini dengan sedikit lebih keras, sekeras perjuanganmu menerobos jalanan macet itu setiap harinya.
Aku telah mengorbankan hari-hari diamku untuk sekedar mengatakan kamu cantik. Setelah itu, aku bunuh diri, atau meminta kamu menamparku hingga aku berdarah dan darahku menempel di baju hijaumu itu.
Kamu adalah hutan. Tulang rusukku adalah debu. Aku menyimpan napas terakhirku dalam botol, kemudian meletakkannya di rambutmu dan menutupnya rapat dengan kerudung hijaumu. Kelak, aku ingin menjadi laki-laki terhormat yang kembali membuka kerudung itu dan menghirup napas terakhir yang aku sembunyikan di rambutmu.
Kadang, aku mengangankan untuk memiliki dunia ini, tapi seringnya aku menginginkan untuk sekedar punya kamu. Cukup kamu.
Kadang, aku selalu merasa menjadi anak kecil, ya, anak kecil itu masih hidup dalam tubuhku. Bermain di dalam sana tanpa beban. Kamu tahu?aku lebih senang menjadi anak kecil, karena orang dewasa sering memperdebatkan hal yang tidak penting. Meskipun seandainya setiap anak lahir dengan sayap di punggungnya, mereka tetap butuh hal lain agar mereka menyadari keberadaan sayap tersebut dan tahu bahwa sayap tersebut dapat digunakan untuk terbang.
Aku. Diam.
Aku. Diam.